Jumat, 15 Maret 2013

PERANAN MOTIVASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN B2

PERANAN MOTIVASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN B2

Arni Yanti (0908790)
Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia, arunee_me@yahoo.com, arniyanti.blogspot.com
Sellafie Murk (0906586)
Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia, alexandra_fie@yahoo.com, sellasastra.blogspot.com

Abstrak: Bahasa kedua dapat diperoleh secara naturalistik dan dalam lingkungan kelas. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah motivasi. Peranan motivasi dalam proses pembelajaran B2 terlihat melalui adanya motivasi instrumental, integratif, intrinsik, dan ekstrinsik yang mendorong aktivitas belajar. Pengelolaan keempat motivasi tersebut dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran B2.

Kata kunci: bahasa, pemerolehan, motivasi, pembelajaran

A.   Pendahuluan
Bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh seseorang setelah ia  memperoleh bahasa lain. Pemerolehan bahasa kedua dapat diperoleh secara naturalistik dan dalam proses pembelajaran di kelas. Pemerolehan bahasa kedua berlangsung secara sadar dengan mempelajari bahasa secara formal, belajar bahasa secara tersurat, dan belajar bahasa secara ilmiah. Kefasihan seseorang menguasai bahasa kedua dipengaruhi pada proses belajarnya.
Salah satu aspek yang berperan penting dalam pembelajaran bahasa kedua adalah motivasi. Besar kecilnya motivasi seseorang mempelajari bahasa kedua akan berpengaruh pada hasil belajarnya. Semakin besar motivasi seseorang dalam mempelajari bahasa kedua akan semakin besar kemungkinan keberhasilan seseorang dalam menguasai bahasa tersebut.
            Atas dasar pemikiran di atas, penulis ingin megetahui bagaimana peranan motivasi dalam proses pembelajaran B2. Penulis melakukan penelitian mengenai motivasi pembelajar yang berasal dari luar Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia dan mengetahui peranan motivasi tersebut dalam proses pembelajarannya di salah satu lembaga belajar BIPA (bahasa Indonesia bagi penutur asing), yaitu Pusat Bahasa UNPAD Bandung.

B.   Landasan Teori
Basuki (1999) dalam jurnal yang berjudul Pengajaran dan Pemerolehan Bahasa untuk Orang Asing: Berbagai Masalah menyatakan bahwa istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk membahas penguasaan bahasa pertama di kalangan anak-anak karena proses tersebut terjadi tanpa sadar, sedangkan pemerolehan bahasa kedua (second language learning) dilaksanakan dengan sadar. Pada anak-anak, error (kegalatan) dikoreksi oleh lingkungannya secara tidak formal, sedangkan pada orang dewasa yang belajar B2, kegalatan diluruskan dengan cara berlatih ulang.
Mengenai variabel yang memegang peran dalam keberhasilan atau ketidakberhasilan usaha untuk kemampuan B2, menurut Baradja (1994: 3-12) dalam Harras dan Bachari  (2009: 73) terdapat enam faktor yang perlu diperhatikan secara cermat, yaitu tujuan, pembelajar, pengajar, bahan, metode, dan  faktor  lingkungan. Meski  demikian, faktor tujuan, pembelajar, dan pengajar merupakan tiga faktor utama.
Dalam proses pemerolehan bahasa kedua salah satu aspek yang berperan penting adalah motivasi. Adapun pengertian motivasi menurut Makmun (2007: 37) adalah suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy) atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (prepatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.
Dalam pembelajaran bahasa kedua ada asumsi yang menyatakan bahwa orang yang di dalam dirinya ada keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam bahasa kedua cenderung akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar tanpa dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan, atau motivasi itu (Chaer, 2009: 251).
Jenis-jenis motivasi dalam belajar menurut Yamin (2011: 234), yakni motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.
Menurut Gardner dan Lambert (1972: 3) dalam Chaer (2009: 251) motivasi yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa kedua mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi integratif dan fungsi instrumental. Motivasi berfungsi integratif kalau motivasi itu mendorong seseorang untuk mempelajari suatu bahasa karena adanya keinginan untuk berkomunikasi dengan masyarakat penutur bahasa itu atau menjadi anggota masyarakat bahasa tersebut. Sedangkan motivasi berfungsi instrumental kalau motivasi itu mendorong seseorang untuk memiliki kemauan mempelajari bahasa kedua itu karena tujuan yang bermanfaat atau karena dorongan ingin memperoleh suatu pekerjaan atau mobilitas sosial pada lapisan atas masyarakat tersebut.
Upaya membangkitkan motivasi belajar siswa menurut Sanjaya (2009: 261) yaitu dengan memperjelas tujuan yang ingin dicapai, membangkitkan minat siswa, menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa, berikan penilaian, berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, dan ciptakan persaingan dan kerja sama yang dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.

C.   Proses Pembelajaran B2 di Pusat Bahasa UNPAD
            Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pengajar BIPA di Pusat Bahasa UNPAD, ibu Wagiati, diketahui bahwa motivasi pembelajar BIPA dalam belajar bahasa Indonesia beragam. Salah satu motivasi pembelajar BIPA yaitu untuk studi lanjut ke S2 (di ITB, UNPAD, UNPAR) karena pembelajar sedang kuliah di Indonesia yang dalam proses pembelajarannya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehingga pembelajar BIPA harus bisa berbahasa Indonesia untuk dapat mengerti materi yang dipelajari di kelas. Adapun motivasi lainnya, yaitu untuk menetap di Indonesia, bekerja di Indonesia, bekerja di perusahaan Indonesia yang ada di negaranya, membuka usaha di Indonesia, menikah dengan orang Indonesia (ibu rumah tangga), menjadi pengajar di Indonesia, serta sebagai kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Karakteristik pembelajar BIPA sama saja dengan pembelajar pada umumnya, ketika proses pembelajaran berlangsung, ada pembelajar yang bersikap aktif dan ada pembelajar yang bersikap biasa saja. Perihal presensi atau kehadiran, pembelajar BIPA memiliki kehadiran yang baik. Pembelajar selalu rajin untuk hadir, jarang sekali ada pembelajar yang tidak hadir dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran, para pembelajar BIPA selalu ingin latihan atau tugas yang telah dikerjakannya diperiksa oleh pengajar. Mereka ingin tahu apakah yang dikerjakannya itu sudah benar atau belum. Mereka akan memperbaiki apabila yang dikerjakannya masih ada yang belum benar atau salah.
Mengenai materi pembelajaran, orang asing (pembelajar BIPA) tidak akan semangat bila materinya biasa saja. Mereka harus diberikan materi yang menantang dan baru. Pembelajar BIPA juga tidak ingin dimanjakan dengan bahasa asing (bahasa pertama pembelajar tersebut). Pembelajar BIPA senang belajar dan berpikir keras supaya mereka cepat bisa. Semua pembelajar BIPA memiliki modul masing-masing. Dalam proses pembelajaran, digunakan alat peraga dan media lainnya yang beragam, bergantung pada keinginan pengajar dan materi yang akan diberikan. Misalnya untuk materi kaidah cukup dengan latihan praktik membuat kalimat sendiri. Namun dapat digunakan cuplikan film dalam pembelajaran wacana sehari-hari.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA), pernah ada pembelajar BIPA yang kurang aktif sehingga hasil belajarnya kurang memuaskan, kemampuan berbahasa Indonesianya menjadi lebih lambat dari pembelajar lainnya. Pada saat seperti itu, yang dilakukan pengajar BIPA adalah memberi perhatian khusus  pada pembelajar tersebut. Salah satunya dengan cara pembelajar sering ditanya-tanya dan diajak mengobrol oleh pengajar. Pengajar BIPA berusaha mengetahui permasalahan pembelajar dan membantu mencari solusinya.

D.   Peranan Motivasi dalam Pembelajaran B2 di Pusat Bahasa UNPAD
Pembelajar BIPA memiliki semangat dan tujuan tertentu. Mereka punya target dalam belajar formal di Pusat Bahasa UNPAD ini. Dalam proses pembelajaran, pembelajar BIPA akan aktif didasarkan keperluannya karena mereka memiliki target-target tertentu. Misalnya, pembelajar yang menetap di Indonesia. Mereka ingin bisa berbahasa Indonesia agar dapat berkomunikasi dengan warga sekitar. Mereka menginginkan untuk bisa mengenal orang-orang yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya supaya dapat hidup lebih tenang. Selain itu, karena hidup sehari-hari di Indonesia yang warganya tentu mayoritas orang Indonesia yang berbahasa Indonesia, pembelajar asing merasa perlu untuk bisa berbahasa Indonesia supaya ketika mereka akan pergi ke tempat-tempat umum dan menikmati fasilitas umum di Indonesia, mereka tidak akan kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang Indonesia.
Pembelajar yang targetnya ingin cepat lancar berbahasa Indonesia karena tuntunan waktu baik untuk studi lanjut, bekerja, dan sebagainya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan pembelajar yang targetnya hanya ingin bisa berbahasa Indonesia saja tanpa tuntutan batasan waktu.
Motivasi tentunya berperan dalam proses pembelajaran BIPA, berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran bergantung pada motivasi pembelajar itu sendiri. Perilaku pembelajar BIPA selama pembelajaran berlangsung dipengaruhi oleh motivasinya. Meskipun terkadang pembelajar BIPA berperilaku tidak aktif, pembelajar BIPA tetap mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan mengerti materi yang diajarkan hingga pada akhirnya target mereka tercapai.
Pembelajar BIPA memiliki keinginan yang kuat untuk bisa berbahasa Indonesia. Terlihat dari kehadiran pembelajar BIPA di kelas. Pembelajar rajin untuk hadir. Pada saat pembelajaran, para pembelajar BIPA pun selalu ingin latihannya diperiksa oleh pengajar. Hal ini menandakan pembelajar memiliki minat yang besar untuk belajar bahasa Indonesia dan untuk bisa berbahasa Indonesia dengan baik.
Sebagaimana yang disebutkan Baradja (1994: 3-12), faktor tujuan, pembelajar, dan pengajar merupakan tiga faktor utama dalam keberhasilan atau ketidakberhasilan usaha untuk kemampuan B2. Pembelajar BIPA yang bertujuan kuat untuk dapat menguasai bahasa Indonesia cenderung lebih berhasil menguasai bahasa Indonesia dibandingkan dengan pembelajar BIPA yang tidak memiliki tujuan yang kuat. Motivasi yang menggerakkan perilaku pembelajar dalam belajar B2. Selain itu, pengajar BIPA juga memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran BIPA. Pengajar harus menciptakan proses pembelajaran yang efektif dalam menyampaikan materi pelajaran. Sebagai pengajar BIPA, tentunya harus bisa membangkitkan motivasi pembelajar karena motivasi pembelajar berpengaruh pada aktivitas belajar dan hasil belajarnya.
            Terdapat berbagai macam tujuan pembelajar BIPA dalam mempelajari bahasa Indonesia secara formal. Semua tujuan tersebut mendukung aktivitas belajar ketika proses pembelajaran berlangsung. Seberapa pun baiknya situasi pembelajaran yang disusun oleh pengajar, keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada diri pembelajar itu sendiri.

E.    Penutup
Simpulan
Motivasi merupakan keseluruhan tujuan pembelajar dalam mempelajari bahasa kedua. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi berkorelasi positif dengan keberhasilan belajar B2. Semakin besar motivasi seseorang dalam mempelajari bahasa kedua akan semakin besar kemungkinan keberhasilan seseorang dalam menguasai bahasa tersebut. Di lain pihak, pembelajar B2 yang tidak mempunyai motivasi akan sulit mencapai keberhasilan dari pembelajarannya. Jadi, motivasi, apapun jenisnya, merupakan salah satu faktor yang berperan dalam mempengaruhi keberhasilan pembelajaran B2.
Saran
Sebagaimana telah diketahui bahwa motivasi memiliki peranan yang besar dalam proses pembelajaran B2. Oleh karena itu, pengajar B2 harus memerhatikan motivasi pembelajar. Apabila motivasi belajar dari pembelajar B2 sedang melemah, pengajar B2 harus berupaya melakukan teknik yang mampu menumbuhkan motivasi pembelajar. 

F.    Referensi
Chaer, Abdul. (2009). Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Harras, Kholid A. dan  Andika Dutha Bachari. (2009). Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung: UPI PRESS.
Makmun, Abin Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja RosdaKarya.
Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Yamin, Martinis. (2010). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
Yamin, Martinis. (2011). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.
Basuki, Sunaryono. (1999). Pengajaran dan Pemerolehan Bahasa untuk Orang Asing: Berbagai Masalah. [Online]. Tersedia: http://www.ialf.edu/bipa/july1999/pengajarandanpemerolehan.html
[11 Oktober 2012].
Suroso, Imam. (2011). Menumbuhkan Motivasi dalam Pembelajaran  Bahasa Kedua. Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 11 No. 3.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2004. “Pemerolehan Bahasa Kedua (Kasus Berbahasa Jawa di TK)”. Tempel (Selasa, 17 Februari 2004).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar