PERANAN MOTIVASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN
B2
Arni Yanti (0908790)
Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Pendidikan Indonesia, arunee_me@yahoo.com,
arniyanti.blogspot.com
Sellafie Murk (0906586)
Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas
Pendidikan Indonesia, alexandra_fie@yahoo.com,
sellasastra.blogspot.com
Abstrak: Bahasa kedua dapat diperoleh secara
naturalistik dan dalam lingkungan kelas. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya,
salah satunya adalah motivasi. Peranan motivasi dalam proses pembelajaran B2 terlihat
melalui adanya motivasi instrumental, integratif, intrinsik, dan ekstrinsik
yang mendorong aktivitas belajar. Pengelolaan keempat motivasi tersebut dapat
menunjang keberhasilan proses pembelajaran B2.
Kata kunci: bahasa, pemerolehan, motivasi, pembelajaran
A. Pendahuluan
Bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh seseorang setelah
ia memperoleh bahasa lain. Pemerolehan
bahasa kedua dapat diperoleh secara naturalistik dan dalam proses pembelajaran
di kelas. Pemerolehan bahasa kedua berlangsung secara sadar dengan mempelajari
bahasa secara formal, belajar bahasa secara tersurat, dan belajar bahasa secara
ilmiah. Kefasihan seseorang menguasai bahasa kedua dipengaruhi pada proses
belajarnya.
Salah satu aspek yang berperan penting dalam pembelajaran bahasa
kedua adalah motivasi. Besar kecilnya motivasi seseorang mempelajari bahasa
kedua akan berpengaruh pada hasil belajarnya. Semakin besar motivasi seseorang
dalam mempelajari bahasa kedua akan semakin besar kemungkinan keberhasilan
seseorang dalam menguasai bahasa tersebut.
Atas dasar pemikiran di atas,
penulis ingin megetahui bagaimana peranan motivasi dalam proses pembelajaran B2.
Penulis melakukan penelitian mengenai motivasi pembelajar yang berasal dari
luar Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia dan mengetahui peranan motivasi
tersebut dalam proses pembelajarannya di salah satu lembaga belajar BIPA (bahasa
Indonesia bagi penutur asing), yaitu Pusat Bahasa UNPAD Bandung.
B. Landasan Teori
Basuki (1999) dalam jurnal yang berjudul Pengajaran dan Pemerolehan Bahasa untuk
Orang Asing: Berbagai Masalah menyatakan bahwa istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk membahas
penguasaan bahasa pertama di kalangan anak-anak karena proses tersebut terjadi
tanpa sadar, sedangkan pemerolehan bahasa kedua (second language learning)
dilaksanakan dengan sadar. Pada anak-anak, error
(kegalatan) dikoreksi oleh lingkungannya secara tidak formal, sedangkan pada
orang dewasa yang belajar B2, kegalatan diluruskan dengan cara berlatih ulang.
Mengenai variabel yang memegang peran dalam
keberhasilan atau ketidakberhasilan usaha untuk kemampuan B2, menurut Baradja (1994: 3-12) dalam Harras dan
Bachari (2009: 73) terdapat enam faktor
yang perlu diperhatikan secara cermat, yaitu tujuan, pembelajar, pengajar,
bahan, metode, dan faktor lingkungan. Meski demikian, faktor tujuan, pembelajar, dan
pengajar merupakan tiga faktor utama.
Dalam proses pemerolehan bahasa kedua salah satu aspek yang berperan
penting adalah motivasi. Adapun pengertian motivasi menurut Makmun (2007: 37) adalah
suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy) atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (prepatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to
move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.
Dalam pembelajaran bahasa kedua ada asumsi yang menyatakan bahwa orang
yang di dalam dirinya ada keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai
dalam bahasa kedua cenderung akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang
belajar tanpa dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan, atau motivasi itu (Chaer,
2009: 251).
Jenis-jenis motivasi dalam belajar menurut Yamin (2011: 234), yakni
motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan
kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara
mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Motivasi intrinsik
merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan
sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktifitas
belajar.
Menurut Gardner dan Lambert (1972: 3) dalam Chaer (2009: 251) motivasi yang
berkaitan dengan pembelajaran bahasa kedua mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi
integratif dan fungsi instrumental. Motivasi berfungsi integratif kalau
motivasi itu mendorong seseorang untuk mempelajari suatu bahasa karena adanya
keinginan untuk berkomunikasi dengan masyarakat penutur bahasa itu atau menjadi
anggota masyarakat bahasa tersebut. Sedangkan motivasi berfungsi instrumental
kalau motivasi itu mendorong seseorang untuk memiliki kemauan mempelajari
bahasa kedua itu karena tujuan yang bermanfaat atau karena dorongan ingin
memperoleh suatu pekerjaan atau mobilitas sosial pada lapisan atas masyarakat
tersebut.
Upaya membangkitkan motivasi belajar siswa menurut Sanjaya (2009: 261) yaitu
dengan memperjelas tujuan yang ingin dicapai, membangkitkan minat siswa,
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, berilah pujian yang wajar
setiap keberhasilan siswa, berikan penilaian, berilah komentar terhadap hasil
pekerjaan siswa, dan ciptakan persaingan dan kerja sama yang dapat memberikan
pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
C. Proses Pembelajaran B2 di Pusat Bahasa UNPAD
Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah seorang pengajar BIPA di Pusat Bahasa UNPAD, ibu Wagiati,
diketahui bahwa motivasi pembelajar BIPA dalam belajar bahasa Indonesia
beragam. Salah satu motivasi pembelajar BIPA yaitu untuk studi lanjut ke S2 (di
ITB, UNPAD, UNPAR) karena pembelajar sedang kuliah di Indonesia yang dalam proses
pembelajarannya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehingga pembelajar
BIPA harus bisa berbahasa Indonesia untuk dapat mengerti materi yang dipelajari
di kelas. Adapun motivasi lainnya, yaitu untuk menetap di Indonesia, bekerja di
Indonesia, bekerja di perusahaan Indonesia yang ada di negaranya, membuka usaha
di Indonesia, menikah dengan orang Indonesia (ibu rumah tangga), menjadi
pengajar di Indonesia, serta sebagai kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Karakteristik pembelajar BIPA sama saja dengan pembelajar pada
umumnya, ketika proses pembelajaran berlangsung, ada pembelajar yang bersikap aktif
dan ada pembelajar yang bersikap biasa saja. Perihal presensi atau kehadiran,
pembelajar BIPA memiliki kehadiran yang baik. Pembelajar selalu rajin untuk
hadir, jarang sekali ada pembelajar yang tidak hadir dalam pembelajaran. Pada
saat pembelajaran, para pembelajar BIPA selalu ingin latihan atau tugas yang
telah dikerjakannya diperiksa oleh pengajar. Mereka ingin tahu apakah yang
dikerjakannya itu sudah benar atau belum. Mereka akan memperbaiki apabila yang
dikerjakannya masih ada yang belum benar atau salah.
Mengenai materi pembelajaran, orang asing (pembelajar BIPA) tidak
akan semangat bila materinya biasa saja. Mereka harus diberikan materi yang
menantang dan baru. Pembelajar BIPA juga tidak ingin dimanjakan dengan bahasa
asing (bahasa pertama pembelajar tersebut). Pembelajar BIPA senang belajar dan
berpikir keras supaya mereka cepat bisa. Semua pembelajar BIPA memiliki modul
masing-masing. Dalam proses pembelajaran, digunakan alat peraga dan media
lainnya yang beragam, bergantung pada keinginan pengajar dan materi yang akan
diberikan. Misalnya untuk materi kaidah cukup dengan latihan praktik membuat
kalimat sendiri. Namun dapat digunakan cuplikan film dalam pembelajaran wacana
sehari-hari.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA), pernah
ada pembelajar BIPA yang kurang aktif sehingga hasil belajarnya kurang
memuaskan, kemampuan berbahasa Indonesianya menjadi lebih lambat dari
pembelajar lainnya. Pada saat seperti itu, yang dilakukan pengajar BIPA adalah
memberi perhatian khusus pada pembelajar
tersebut. Salah satunya dengan cara pembelajar sering ditanya-tanya dan diajak
mengobrol oleh pengajar. Pengajar BIPA berusaha mengetahui permasalahan
pembelajar dan membantu mencari solusinya.
D. Peranan Motivasi dalam Pembelajaran B2 di Pusat Bahasa UNPAD
Pembelajar BIPA memiliki semangat dan tujuan tertentu. Mereka
punya target dalam belajar formal di Pusat Bahasa UNPAD ini. Dalam proses
pembelajaran, pembelajar BIPA akan aktif didasarkan keperluannya karena mereka
memiliki target-target tertentu. Misalnya, pembelajar yang menetap di
Indonesia. Mereka ingin bisa berbahasa Indonesia agar dapat berkomunikasi
dengan warga sekitar. Mereka menginginkan untuk bisa mengenal orang-orang yang
ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya supaya dapat hidup lebih tenang.
Selain itu, karena hidup sehari-hari di Indonesia yang warganya tentu mayoritas
orang Indonesia yang berbahasa Indonesia, pembelajar asing merasa perlu untuk
bisa berbahasa Indonesia supaya ketika mereka akan pergi ke tempat-tempat umum
dan menikmati fasilitas umum di Indonesia, mereka tidak akan kesulitan untuk
berkomunikasi dengan orang Indonesia.
Pembelajar yang targetnya ingin cepat lancar berbahasa Indonesia
karena tuntunan waktu baik untuk studi lanjut, bekerja, dan sebagainya akan
lebih giat belajar dibandingkan dengan pembelajar yang targetnya hanya ingin
bisa berbahasa Indonesia saja tanpa tuntutan batasan waktu.
Motivasi tentunya berperan dalam proses pembelajaran BIPA,
berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran bergantung pada motivasi pembelajar
itu sendiri. Perilaku pembelajar BIPA selama pembelajaran berlangsung
dipengaruhi oleh motivasinya. Meskipun terkadang pembelajar BIPA berperilaku tidak
aktif, pembelajar BIPA tetap mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan
mengerti materi yang diajarkan hingga pada akhirnya target mereka tercapai.
Pembelajar BIPA memiliki keinginan yang kuat untuk bisa berbahasa
Indonesia. Terlihat dari kehadiran pembelajar BIPA di kelas. Pembelajar rajin
untuk hadir. Pada saat pembelajaran, para pembelajar BIPA pun selalu ingin
latihannya diperiksa oleh pengajar. Hal ini menandakan pembelajar memiliki
minat yang besar untuk belajar bahasa Indonesia dan untuk bisa berbahasa
Indonesia dengan baik.
Sebagaimana yang disebutkan Baradja (1994: 3-12), faktor tujuan, pembelajar, dan pengajar
merupakan tiga faktor utama dalam keberhasilan atau ketidakberhasilan usaha untuk kemampuan
B2. Pembelajar BIPA yang bertujuan kuat untuk dapat menguasai bahasa Indonesia cenderung
lebih berhasil menguasai bahasa Indonesia dibandingkan dengan pembelajar BIPA
yang tidak memiliki tujuan yang kuat. Motivasi yang menggerakkan perilaku pembelajar dalam belajar B2. Selain
itu, pengajar BIPA juga memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran
BIPA. Pengajar harus menciptakan proses pembelajaran
yang efektif dalam menyampaikan materi pelajaran. Sebagai pengajar BIPA,
tentunya harus bisa membangkitkan motivasi pembelajar karena motivasi
pembelajar berpengaruh pada aktivitas belajar dan hasil belajarnya.
Terdapat berbagai macam tujuan
pembelajar BIPA dalam mempelajari bahasa Indonesia secara formal. Semua tujuan
tersebut mendukung aktivitas belajar ketika proses pembelajaran berlangsung.
Seberapa pun baiknya situasi pembelajaran yang disusun oleh pengajar,
keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada diri pembelajar itu sendiri.
E. Penutup
Simpulan
Motivasi merupakan keseluruhan tujuan pembelajar dalam mempelajari
bahasa kedua. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
berkorelasi positif dengan keberhasilan belajar B2. Semakin besar motivasi
seseorang dalam mempelajari bahasa kedua akan semakin besar kemungkinan
keberhasilan seseorang dalam menguasai bahasa tersebut. Di lain pihak,
pembelajar B2 yang tidak mempunyai motivasi akan sulit mencapai keberhasilan
dari pembelajarannya. Jadi, motivasi, apapun jenisnya, merupakan salah satu
faktor yang berperan dalam mempengaruhi keberhasilan pembelajaran B2.
Saran
Sebagaimana telah diketahui bahwa motivasi memiliki peranan yang
besar dalam proses pembelajaran B2. Oleh karena itu, pengajar B2 harus
memerhatikan motivasi pembelajar. Apabila motivasi belajar dari pembelajar B2
sedang melemah, pengajar B2 harus berupaya melakukan teknik yang mampu
menumbuhkan motivasi pembelajar.
F. Referensi
Chaer, Abdul. (2009). Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Harras, Kholid A.
dan Andika Dutha Bachari. (2009). Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung:
UPI PRESS.
Makmun, Abin Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung:
PT Remaja RosdaKarya.
Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum
dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Yamin, Martinis. (2010). Kiat
Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
Yamin, Martinis. (2011). Paradigma
Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.
Basuki, Sunaryono. (1999). Pengajaran dan
Pemerolehan Bahasa untuk Orang Asing: Berbagai Masalah. [Online]. Tersedia: http://www.ialf.edu/bipa/july1999/pengajarandanpemerolehan.html
[11 Oktober 2012].
Suroso, Imam. (2011). Menumbuhkan Motivasi dalam Pembelajaran Bahasa Kedua. Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 11 No. 3.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2004. “Pemerolehan
Bahasa Kedua (Kasus Berbahasa Jawa di TK)”. Tempel
(Selasa, 17 Februari 2004).